Vila di daerah puncak itu begitu ingar bingar. Musik berdentum sangat keras yang bisa membuat gendang telinga pecah. Lampu warna-warni kelap-kelip menghiasi ruang tengah dari vila bergaya modern dan sangat megah nan juga mewah tersebut. Suara tawa begitu membahana, membuat malam tahun baru tersebut semakin meriah, apalagi suara kembang api yang saling bersahutan di setiap penjuru langit. Para muda-mudi sebanyak lima belas orang itu daan empat diantaranya adalah perempuan terlihat sangat menikmati pesta malam pergantian tahun tersebut. Asap rokok begitu pengap memenuhi ruangan, botol-botol minuman keras berbagai nama dan merek berceceran di lantai. Para remaja itu langsung bersorak riuh ketika dua orang perempuan dari mereka melakukan pole dance. Dibalik pesta yang meriah dan penuh tawa bahagia itu, mereka tidak tahu kalau di sekitaran vila, banyak sekali anggota kepolisian yang datang dan mengepung vila megah tersebut. Dan satu menit kemudian, para anggota kepolisian itu mendobrak pintu vila dan menyergap orang-orang yang tengah berpesta di sana. Penggerebekan tersebut membuat para remaja yang masih berstatus siswa sekolah menengah atas itu menjadi panik. Dalam keadaan yang setengah sadar karena efek dari terlalu banyak meminum alkohol, mereka mencoba bersembunyi dan melarikan diri. Tetapi sayangnya usaha mereka semua sia-sia. *** Plak! Tamparan yang sangat keras tersebut mendarat di pipi mulus seorang Ezra Geovani Kusuma, salah satu remaja yang masuk dalam penggerebekan. Para petugas polisi dan anggota BNN yang berada di sana terkejut dengan penamparan yang dilakukan lelaki bertubuh tinggi besar dan usianya hampir memasuki umur empat puluh tahun tersebut. Dua orang anggota BNN dan polisi membantu anak remaja yang tersungkur ke belakang dan terduduk di lantai itu untuk berdiri. Ezra memegangi pipinya yang sangat sakit juga perih, apalagi hidungnya mengeluarkan darah. "Dasar anak nakal!" ucap laki-laki tersebut yang merupakan seorang ayah dari Ezra, Pak Willy. Pak Willy menatap anaknya itu dengan murka. Matanya menyala-nyala seperti ingin menelan bulat-bulat anak sematawayangnya itu. Sedangkan ibunya Ezra, Bu Hannah, hanya bisa menangis dan memukul-mukul bahu anaknya. Beliau sangat merasa kecewa pada anaknya itu yang sudah terjerumus pada pergaulan bebas. Anggota BNN yang masih membantu Ezra supaya bisa berdiri tegak itu pada akhirnya menuntun Ezra pada salah satu kursi kosong dan mendudukkannya, sementara itu anggota polisi wanita sudah membawakan kotak P3K dan mulai mengobati luka bekas tamparan di pipi Ezra. "Jadi begini, Pak," ucap anggota BNN yang bernama Cipto itu. "Anak bapak ini berada di dalam pesta tahun baru yang ternyata di sana ada pesta narkoba. Alex, anak itu adalah seorang pecandu yang sudah lama namanya ada di daftar pengawasan kami. Kebetulan sekali kami sudah menangkap pengedarnya dan dia menyebutkan nama-nama pembeli barang haram tersebut yang salah satunya ada nama Alex yang bersekolah di sekolahan yang sama dengan anak bapak. Setelah dites urine, anak bapak yang bernama Ezra ini negatif, meskipun di dalam darahnya ada kadar alkohol, tetapi tidak terlalu tinggi. Tiga dari lima belas dari orang-orang yang berpesta hasilnya negatif narkotika." Setelah anggota BNN tersebut menjelaskan panjang lebar, tiba-tiba orang tua yang anaknya negatif narkotika itu datang. Hal yang sama dilakukan mereka, apalagi orang tua Hans sampai menendang anaknya dan mengatakan sambil berteriak kalau mereka tidak mau mengakui Hans sebagai anaknya. Sementara orang tua Rafael menjambak rambut anaknya itu sampai sebagian tercabut dari kepalanya. Tiga orang yang negatif narkotika itu dibawa pulang oleh orang tuanya masing-masing. Meskipun mereka bebas, tetapi mereka masih diharuskan untuk wajib lapor. Ketika hari libur panjang sudah habis, hari Senin pagi saat pertama kali masuk sekolah dari libur dua minggu, seisi sekolah langsung gempar dan setiap orang tidak berhenti menggosipkan tentang kejadian di vila Alex yang sekarang ditangkap karena kasus narkoba. Ezra, Hans dan Rafael yang saat itu bergabung di pesta perayaan tahun baru itu juga tidak pernah berhenti menjadi pusat perhatian seluruh penghuni sekolah. Kepala sekolah sudah memberikan hukuman untuk kelima belas orang tersebut, yaitu mengeluarkannya dari sekolah karena gara-gara mereka nama baik sekolah menjadi tercemar. Ketiga murid tersebut harus susah payah mencari sekolah yang mau menerima mereka, meskipun mereka tidak bersalah, tapi karena mereka tergabung dalam orang-orang yang bersalah tersebut, mereka pada akhirnya mendapatkan sanksi sosial. Dan pada akhirnya, mereka dengan terpaksa pindah dari sekolah elit tersebut ke sekolah yang bahkan akreditasinya saja tidak A, alias C, tempatnya begitu kumuh dan sarang anak-anak berandalan. Tapi bagi mereka tidak masalah, asalkan ada sekolah yang mau menerima daripada putus sekolah dan tidak mendapatkan ijazah samasekali. Mengetahui kalau ternyata di dalam pesta tersebut Veronika daan ketiga temannya juga terseret dan menjadi tersangka, para siswi begitu puas karena sang penguasa dan cewek paling sadis juga sombong itu akhirnya lenyap, dendam para siswi yang sering disakiti oleh Veronika cs akhirnya bisa terbalaskan meskipun tidak secara langsung. Keluar dari kantor guru dengan kepala tertunduk lesu, Ezra mengangkat kepalanya saat ada sebuah suara yang memanggil namanya dengan sangat lembut. "Feo," ucap Ezra lirih. Entah kenapa dirinya saat ini sangat sulit sekali menatap kekasih hatinya tersebut. Seluruh hatinya begitu perih, sakit dann sesak. Dirinya merasa sangat menyesal dan merasa bersalah. "Kita putus, ya?" perkataan Feodora yang terdengar setengah hati itu mengejutkan Ezra. "Pu-putus?" Ezra gelagapan. "Kenapa lo minta putus, Feo?" Feodora menghela napas panjang. "Sorry, Zra. Bokap sama nyokap gue ngelarang gue buat dekat-dekat sama lo yang seorang kriminal." Seperti ada sebuah anak panah yang menghujam jantung, Ezra seketika mematung, darahnya seperti berhenti mengalir. "K-k-kri-kriminal? Maksud lo apa, Fe?" "Emang lo gak denger orang-orang pada ngomongin lo? Pada ngomongin kalian? Orang tua murid udah pada tahu tentang kejadian malam tahun baru itu, Zra. Karena lo terlibat di sana, meskipun lo bukan pengguna, tapi citra lo udah rusak, Zra. Bokap gue ngelarang keras hubungan kita. Jadi, mulai sekarang gue minta putus. Daripada gue juga kebawa-bawa semakin dalam. Dan asal lo tahu ya, Zra. Orang-orang juga mulai menjelekkan gue. Dan itu semua gara-gara lo. Gara-gara kelakuan lo yang dungu pake banget dan kedunguan lo itu udah melebihi batas." "Ta-tapi, Fe. Gue gak bisa putus dari lo, Fe. Gue masih cinta sama lo." Feodora menatap Ezra dengan sengit. "Najis banget gue harus mempertahankan hubungan sampah ini. Gue gak sudi pacaran lagi sama lo." Setelah mengatakan hal yang kejam tersebut, Feodora berlalu pergi. Kaki Ezra tiba-tiba tidak bisa melangkah, padahal dirinya ingin sekali mengejar Feodora, meminta penjelasan dan meminta untuk kembali. "Fe, gue minta maaf, Fe. Gue janji gue gak akan kayak gitu lagi." Feodora tidak menanggapi. Ia langsung naik ke lantai atas, tempat di mana kelasnya berada. "Sialan!" Ezra memaki dirinya sendiri. Dengan ini semuanya rusak, semuanya kacau gara-gara kelakuannya sendiri. Untung saja saat itu Ezra menolak rokok dari Hendrik, kalau sampai dirinya mengisap rokok tersebut yang ternyata adalah rokok ganja, pasti saat ini dirinya sudah ditahan dan berada di tempat rehabilitas. Kepopuleran Ezra juga seketika lenyap, orang-orang yang mengagumi dirinya tiba-tiba berubah menjadi membencinya. Sekarang tidak ada orang yang memperlakukan Ezra seperti seorang idol, yang ada sekarang orang-orang memperlakukan Ezra seperti sebuah sampah.
Download Novelah App
You can read more chapters. You'll find other great stories on Novelah.
the best
06/07
0love this
20/06
0Siok cerita ni
14/06
0View All