Chapter 10 Kencan

"Besok Ezra pulangnya agak sorean. Jadi mamang sama mbok gak usah cemas nyariin Ezra, ya," ucap Ezra ketika mereka berempat sedang makan malam.
"Memangnya Aden mau ke mana?" tanya Ceu Itoh, yang terlihat sedikit kepedasan karena makan sambal terasi dan ikan asin berserta lalap daun singkong. Yang terlihat memakan daging hanya Ezra saja, tuan rumah semuanya tidak ikutan. Katanya lebih nikmat makan lalap dan ikan asin, apalagi pakai sambal. Beuh, makanan Italia saja rasanya kelewat jauh.
"Mau main, sekalian keliling kampung. Sudah hampir satu minggu di sini tapi gak jalan-jalan, bosan juga di rumah terus."
"Kenapa gak main ke sawah lagi aja, Kak? Rencananya besok aku dan teman-teman mau berenang di sungai dan ngeliwet di sana."
"Masa aku harus main sama anak kecil?"
"Tapi Akak Emin dan Teh Wulan juga suka ikutan, lho. Teman-temannya yang lain juga suka ikutan."
"Kapan-kapan aja." Yang artinya itu tidak akan pernah, kecuali kalau mainnya tidak di sungai atau sawah, pokoknya di tempat yang tidak ada serangganya.
***
Sepulang sekolah, Ezra langsung mandi dan berdandan rapi. Rencananya Ezra akan berkencan dengan pacarnya, Febri. Semenjak berpacaran dengan kakak kelasnya itu, Ezra selalu saja diteror untuk mengajaknya jalan-jalan, motor-motoran ke sana-sini. Tapi ya karena Ezra sedang sibuk menaikkan level di game onlinenya, ia tidak ada waktu. Sekalinya ada waktu malah jalan-jalan ke sawah dan kena imbas pingsan dengan cara yang memalukan.
"Sorry lama, aku abis dandan dulu biar cantik," ucap Febri sambil membenarkan letak rambutnya yang menjuntai ke depan pipinya.
"Gak apa-apa."
Muka Febri berseri karena kali ini Ezra memakai motor Yamaha R6-nya, biasanya Ezra memakai motor trailnya, yang menurut Febri motor tersebut tidak ada keren-kerennya.
Rencana kencan hari ini yang pertama ke tempat yang lumayan kekinian bagi ukuran di desa, tempat tersebut yaitu tempat jualan seblak yang tempatnya seperti taman dan saung-saung ala jaman dahulu, perpaduan antara desa dan perkotaan yang diusung oleh pemilik tempat seblak tersebut sukses membuat dari berbagai kalangan berbondong-bondong datang ke sana.
"Aku gak kuat," ucap Ezra setelah memakan seblak yang baru sepuluh suapan.
"Kamu gak suka sama makanan pedas, Yang?" tanya Febri yang terlihat sangat menikmati seblak ceker yang super pedas tersebut.
"Aku gak suka sama makanan yang kayak gini."
"Iiih..., padahal seblak itu enak, tahu. Pokoknya ini makanan favorit setelah bakso."
"Lebih enak bakso daripada ini." Ezra turun dari saung dan pergi ke tempat penjual, ia memesan bakso saja karena memang selain menjual seblak, tempat tersebut juga menjual bakso dan batagor.
Setelah selesai makan-makan di tempat seblak, kini mereka pergi ke jembatan yang sisi kiri dan kanannya sungai yang cukup keruh karena di seberang sana sedang musim menanam, sementara di tempat tersebut memasuki musim panen.
"Lihat, Yang. Pemandangannya bagus, kan?"
"Ya, bagus," ucap Ezra singkat. Ia was-was ketika Febri menyuruhnya untuk berhenti di pinggir jembatan yang setiap sisinya adalah pesawahan.
Setelah puas berfoto-foto ria, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka berjalan cukup jauh, mungkin sampai di kecamatan sebelah karena di sini pemandangannya lumayan kota.
Sampai di sebuah gedung dekat dengan kantor bank cabang, mereka masuk ke gedung tersebut dan mulai ke wahana permainan.
Wah, ternyata di desa juga ada hal seperti itu.
Beberapa jam kemudian, mereka memilih untuk berputar-putar di sebuah toko dan Ezra membelikan beberapa pakaian untuk pacarnya itu, sekaligus membelikan skincare pernak-pernik yang lainnya.
Dua sejoli itu baru pulang setelah waktu hampir memasuki waktu magrib.
Orang tua Febri tadinya ingin memarahi anaknya karena pulang hampir larut sore, tetapi ketika melihat wajah tampan Ezra dan motor sport besar yang keren serta bingkisan yang diberikan Ezra (yang dikasih Ezra itu tadi baso sebagai tanda sogok supaya beliau tidak marah).
Beberapa hari kemudian, bertepatan dengan hari libur nasional, Ezra mengajak gebetannya yang lain untuk berkencan karena hari ini Febri sedang sibuk kerja kelompok di rumahnya, katanya sedang membuat kliping dan membuat kerajinan dari barang bekas.
Kali ini Ezra kencan dengan Mita, anak dari kelas sebelah. Mita mengajak Ezra ke kecamatan yang jaraknya cukup jauh sekitar 13 kilometer dari desanya. Di sana lumayan karena bisa dikatakan sedikit perkotaan karena banyak kendaraan angkutan umum dan banyak gedung-gedung tinggi. Apalagi ada taman baru yang menjadi alun-alun kecamatan tersebut.
"Yang, kapan-kapan kita jalan-jalan ke kabupaten yuk, di sana kita ke mall, nonton bioskop. Soalnya aku belum pernah ke sana."
"Kita tunggu sampai Febri benar-benar sibuk, ya. Aku juga bosen, sih, di rumah terus. Gak ada tempat maen yang kekinian gitu."
Mita memang tidak keberatan menjadi kekasih gelap dari Ezra, meskipun dirinya bukan yang pertama, tetapi ia masih bisa bersabar karena Ezra selalu bersikap adil meskipun kadang kalau Ezra mengantar Mita ke sekolah ia selalu menurunkan Mita di jalan yang cukup sepi supaya tidak kepergok oleh orang lain kalau mereka menjalin hubungan.
Ezra dan Mita pulang dari jalan-jalan mereka ketika pukul setengah satu siang karena orang tua Mita ini cukup ketat, selain itu karena tadi sudah dilakukan perjanjian kalau pulang jangan lebih dari jam setengah dua.
Setelah mengantar Mita pulang, Ezra langsung pergi ke rumah Emin, padahal sebenarnya ia ingin melihat Wulan tapi sayangnya Wulan sedang tidak ada, gadis itu sedang pergi ke sawah seperti biasa, sementara Emin sedang babad tanah di kebun tetangga yang sudah diborong oleh Emin dan ibunya. Sementara bapaknya Emin sedang mencangkul sawah di juragan tanah kelurahannya. Tidak mau mengganggu, Ezra pamit pulang dan ia mencari teman-temannya yang lain, yang setidaknya tidak begitu sibuk.
"Zra!"
Ezra menoleh, ia menepikan motornya agak ke pinggir. Ia kemudian menoleh dan melihat siapa orang yang memanggilnya tadi.
"Dari mana, lo?" tanya Dendi, ia tengah dibonceng oleh seseorang yang wajahnya penuh dengan jerawat batu. Ezra tidak habis pikir kenapa wajah orang itu bisa begitu, apa orang itu tidak pernah mencuci wajahnya dengan bersih apalagi melakukan perawatan?
"Abis dari Taman Hanoman. Lo abis dari mana mau ke mana?"
"Lo abis jalan-jalan sama cewek lo? Gue mau nongkrong di jalanan. Lo mau ikut?"
Ezra terdiam sebentar kemudian mengangguk. "Ayo."
"Yuk, cabut."
"Eh, tapi gue mau ganti motor dulu, nih."
"Gue ikut." Motor yang dikendarai Dendi berputar arah kemudian mengikuti motor sport Ezra dari belakang.

Book Comment (51)

  • avatar
    Norzatul Aqma

    the best

    06/07

      0
  • avatar
    BalayongJovita

    love this

    20/06

      0
  • avatar
    Adijah Taif

    Siok cerita ni

    14/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters