"Kata Wulan kamu nyariin rumah aku? Bener, nih? Kamu mau ngapel? Kenapa nggak pas malam Minggu aja, sih?" tanya Sulis. Ia terlihat tersipu karena tidak menyangka Ezra akan menemuinya. Ezra mengerutkan kening. Tetapi kemudian ia tersenyum. "Iya, nih. Aku tiba-tiba kangen sama kamu." Pipi Sulis sedikit merona. "Kamu bisa aja. Kan kalau kamu kangen sama aku, kamu bisa telepon aja. Besok juga, kan, kita bisa ketemu di sekolah." "Karena aku kangennya sekarang, jadi pengen ketemu sama kamunya sekarang." "Iiih... kamu bisa aja." Sulis memukul-mukul lengan Ezra dengan gemas. Rumah Sulis itu menyatu dengan sebuah warung. Rumahnya juga bertingkat dua. Tidak terlalu megah, tetapi untuk ukuran orang kampung sini keluarga Sulis itu cukup berada. Di samping warung, ada sebuah garasi dan mobil pickup yang di dalamnya terdapat beberapa tumpukan kardus dan sembako. Mungkin tadi habis belanja dari pasar dan belum dibereskan. Tidak berapa lama Wulan sudah kembali sambil menjinjing kantong kresek berukuran sedang. Sepertinya Wulan habis belanja keperluan dapur dan rumah. Wulan sengaja berjalan agak jauh supaya tidak berpapasan dengan dua remaja yang sedang dimabuk cinta itu. Ketika Ezra hendak berpamitan karena sudah melihat Wulan yang akan pulang, tiba-tiba saja ibunya Sulis datang dan menanyakan siapa orang tampan yang sedang mengobrol dengan putri keduanya itu. Ibunya Sulis begitu girang ketika Ezra dengan sengaja memperkenalkan diri sebagai kekasihnya Sulis. Pamitan Ezra ditolak oleh ibu Sulis dan beliau menyuruh Ezra untuk mampir sebentar. Dengan terpaksa Ezra nurut dan pada akhirnya pulang ke rumah lima menit sebelum adzan maghrib. *** Ezra kembali membaca SMS dari teman-temannya Neni. Iseng-iseng Ezra meminta nomor hape Neni dan tenyata temannya memberikannya. Yang lebih kaget lagi, ternyata nomor tersebut juga sering digunakan oleh Wulan. Katanya Wulan dan Neni memakai satu hape berdua, jadi mereka sering bergantian memakai ponsel. Ezra senang, sih, punya nomor hape Wulan. Tapi nanti kalau salah satu dari kakak beradik itu salah sangka Ezra sebenarnya sedang pedekate, bisa gawat. Bisa-bisa nanti mereka jadi perang saudara gara-gara memperebutkan Ezra. Lha? Memangnya sudah yakin kalau Wulan akan kesengsem pada Ezra? Percaya diri sekali Ezra kalau dirinya akan diperebutkan oleh kakak beradik itu. "Coba telepon gak, ya?" gumam Ezra pada dirinya sendiri. Sebelum menelepon, Ezra mengotak-atik ponselnya. kemudian ia mulai menelepon dengan cara mem-privasi nomornya. Kebetulan ini nomor baru yang tadi siang Ezra beli khusus untuk berselingkuh. Beberapa kali dering tetapi tidak ada yang mengangkat panggilannya. Ke mana orang-orang rumah? Apa mungkin mereka sedang pergi ke mesjid? Ah, mungkin saja. Selama Ezra tinggal di sini, ia selalu memperhatikan kalau orang-orang di kampung rajin sekali pergi ke mesjid setiap maghrib sampai isya, ke mesjid subuh pun tidak pernah sepi. Apa mungkin di kampung ini yang tidak pergi ke mesjid hanya Ezra saja? Pantas saja Mang Dasa selalu mengajak Ezra untuk pergi ke mesjid. Sambil menuggu waktu isya, Ezra menelepon kedua orang tuanya karena kangen. Rencananya orang tua Ezra akan datang ke kampung ketika tanggal merah dari hari Jumat sampai Minggu, yang artinya bulan depan. Dalam waktu tersebut Ezra harus menunjukkan sikap mandiri dan bisa diandalkan supaya uang jajannya tidaka dipotong lagi. Apalagi kalau mesin cuci, laptop dan televisinya diambil kembali, bisa gawat. Ezra gak mau ya nyuci lagi di luar apalagi di empang. Terdengar sayup-sayup suara orang-orang yang sedang berbicara dari kejauhan. Ezra buru-buru keluar dari kamar dan membukakan kunci pintu depan. Orang-orang sudah datang dari mesjid membawa kantong kresek berwarna putih. "Itu apa, Mang?" tanya Ezra. "Ini tadi ada yang sedekah syukuran. Katanya ini nasi uduk." "Yang ini bagian Akak Ezra," ucap Jajang sambil memberikan kantong kresek itu. "Ayo kita makan sama-sama." Mereka berempat pergi ke ruang makan. Sebenarnya Ezra tidak mau makan karena nasi uduk yang dibungkus lalu dibagikan secara gratis ini tidak meyakinkan cita rasanya. tapi dari ajaran mamanya, makanan itu tidak boleh ditolak apalagi sampai dibuang ke tempat sampah. kapan ya terakhir kali Ezra makan nasi uduk? Sepertinya pas Ezra masih kecil saat dirinya ulang tahun yang ke lima, selain membuat kue, Ceu Itoh juga membuatkan nasi tumpeng untuk Ezra. "Ayo, Akak makan." Jajang mengunyah nasi uduknya dengan semangat. Dirinya terheran-heran melihat Ezra yang hanya menatap nasi uduknya saja. "Iya." Ezra mulai mengambil sendok dan sedikit mengaduk nasinya. "Jangan lupa berdoa dulu." "Iya." Karena Ezra tidak tahu doa makan, ia hanya mengucapkan basmalah kemudian kata-kata dari negeri sakura yakni ittadakimasu. Sepertinya Ezra memang harus belajar agama lagi. Meskipun awalnya sempat ragu, tapi saat suapan pertama dan mengunyahnya, rasanya sangat berbeda sekali dari tampilannya. Ternyata rasanya sangat enak. Apalagi kacang goreng dan ikan terinya. Wah, enak. Ini rekor untuk Ezra karena dirinya bisa memakan ikan asin juga. Setelah selesai makan malam, ezra langsung mengambil ponselnya dan kembali mencoba menghubungi nomor hape Wulan. Jantung Ezra langsung berdegup kencang ketika panggilannya diangkat tetapi bukan Wulan yang menjawabnya. "Wulan-nya ada?" tanya Ezra. "Tapi kamu jangan bilang-bilang kalau aku yang nelepon, ya." ["Sebentar."] Sekitar beberapa detik ponsel itu beralih ke Wulan. Wulan berbicara dengan menggunakan bahasa Sunda. Karena Ezra sama sekali tidak mengerti dan tidak bisa berbahasa Sunda, jadi ia hanya diam saja dan menikmati mendengarkan suara wulan yang lembut dan juga merdu. Berbanding terbalik jika wulan sedang berbicara dengan Ezra, pasti suaranya langsung tajam dan ketus. "Maaf salah sambung," ucap Ezra sambil menutup sambungan teleponnya. Ezra lalu senyum-senyum sendiri sambil guling-guling di atas kasurnya. Karena rasa penasarannya sudah terobati, ia langsung mengerjakan tugas biologi yang harus menggambar organ-organ dalam tubuh ikan mas. *** "Zra, kamu lancar bahasa Inggris, gak?" tanya Bu Wati, wali kelas Ezra sekaligus guru bahasa Inggris kelas sepuluh dan sebelas. "Lumayan lancar, Bu." "Kalau begitu Ibu akan merekomendasikan kamu ke Pak Kepala untuk ikut lomba pidato bahasa Inggris tingkat kabupaten. Karena kamu dari kota, sepertinya Pak Kepala tidak akan keberatan. Nanti pas jam istirahat kamu jangan lupa datang ke ruang guru, ya." "Baik, Bu." Ezra mengeluarkan buku LKS dan buku tulis geografinya. "Lo tahu yang biasa ikut lomba siapa aja?" "Kurang tahu, soalnya lomba pidatonya mulai diadain lagi sekarang," jawab Emin. "Oh." Ezra mengangguk paham. Setelah pelajaran geografi selesai dan jam istirahat tiba, Ezra langsung pergi ke ruang guru. Ternyata di sana sudah ada enam murid yang berkumpul di ruang kepala sekolah. Ezra orang ketujuh, sepertinya ada lagi orang yang dipanggil tetapi belum datang. Menurut perkiraan Ezra, sepertinya lomba pidato ini berpasangan. Kira-kira bahasa apa saja yang akan dilombakan selain bahasa Inggris? "Maaf, Pak. Saya terlambat," ucap siswa yang baru datang. Semua orang yang sedang di ruang kepala sekolah itu menoleh ke arah sumber suara. Ezra terkejut melihat orang yang baru datang kemudian berdiri tepat di sebelah kanannya. Wulan! Itu Wulan! "Semuanya sudah berkumpul?" tanya Pak Kepala Sekolah. "Sudah." Pak Karta mulai membagikan selembaran kertas sambil menyebutkan tiap nama siswa. Ezra menoleh ke arah Wulan. Saat melihat kertas yang dipegang oleh Wulan, dahi Ezra mengernyit melihat tulisan di kertasnya. Ternyata Wulan kebagian tugas pidato bahasa Arab. Ezra kembali menoleh ke arah murid yang lain, ia penasaran siapa yang pidato bahasa Arab yang laki-laki. Meskipun Ezra tidak melihat selembaran isi kertasnya, dirinya sudah tahu siapa yang kebagian itu. Dia adalah Kak Abdul, anak kelas sebelas yang selalu memakai peci sekaligus sebagai santri di dusun sebelah, jarak dari pesantren dan sekolahnya tidak begitu jauh. Kembali melirik Wulan, Ezra seperti mendapatkan suntikan vitamin semangat. Kalau disatukan dalam perlombaan, sepertinya rencana pedekate Ezra akan berjalan mulus.
Download Novelah App
You can read more chapters. You'll find other great stories on Novelah.
the best
06/07
0love this
20/06
0Siok cerita ni
14/06
0View All