Homepage/Cowok Metropolitan Masuk Kampung/
Chapter 19 Putus
Hari Senin ini cuacanya cukup cerah dan membuat para murid serta guru yang mengikuti kegiatan upacara bendera bermandikan keringat dari terik sinar matahari pagi yang hangat membara.
Selesai upacara bendera, barisan tidak dulu dibubarkan karena ada pengumuman penting yaitu sesi pengumuman juara lomba tingkat kabupaten.
Tiga orang yang dipanggil ke depan yaitu Ezra, Wulan dan Abdul. Dari kedelapan siswa yang dikirimkan sebagai perwakilan, hanya mereka saja yang mendapatkan juara.
Ezra juara pertama lomba pidato putra bahasa inggris, Abdul juara pertama lomba pidato putra bahasa arab, dan Wulan juara ketiga lomba pidato putri bahasa arab.
Sebagai bentuk penghargaan dari sekolah, pihak sekolah memberikan hadiah berupa piala, piagam dan seperangkat alat tulis. Kalau untuk amplop berisi uang, sudah diserahkan ketika lomba selesai dilaksanakan sembari pengumuman hasil juara.
Ketika penyerahan hadiah selesai dilakukan oleh kepala sekolah, para guru tidak mau kalah. Mereka ikut berfoto dengan ketiga murid yang mengharumkan nama sekolah itu. Karena posisi Wulan sengaja diatur supaya berdiri di tengah-tengah, dengan sengaja Ezra berdiri mepet-mepet pada Wulan, selain itu karena tubuh Ezra sedikit terdorong oleh tubuh para guru, ya mau tidak mau Wulan tidak bergeser dari tempatnya. Ah ya dan satu lagi, Abdul ini anti bersentuhan dengan lawan jenis, makanya Wulan juga sebisa mungkin berjaga jarak dengan anak santri itu.
***
Ketika jam istirahat, Febri mendatangi kelas Ezra tetapi pacarnya itu sedang tidak ada di kelas. Ezra sedang pergi ke ruang tata usaha untuk meminta hasil dokumentasi dari penyerahan piagam tadi. Tentu saja Ezra memintanya menggunakan flashdisk, kalau meminta lewat ponsel, nanti yang ada ponselnya kena razia.
Ezra memainkan laptopnya di dalam kelas, sambil melihat-lihat hasil foto-foto tadi pagi. Rasanya Ezra senang sekali memiliki foto Wulan. Meskipun foto tersebut tanpa gaya, tapi Wulan terlihat cantik.
Omong-omong, Ezra jadi mendapatkan ide. Ia nanti sepulang sekolah akan mencuci foto Wulan kemudian dimasukkan ke dalam pigura dan nantinya akan diberikan kepada Wulan.
Dan ternyata, sesuai dugaan Ezra dari awal, Wulan akan menolak pemberian dari Ezra itu. Kini di depannya, Wulan sedang memasang wajah bete.
"Ini gue seriusan disuruh sama Pak Kepala."
Wulan tetap tidak percaya. Pokoknya Wulan tahu kalau Ezra sedang berbohong.
"Ada apa, Lan? Kok tamunya gak disuruh masuk?" tanya Bu Mimin.
"Halo, Tante. Ini saya Ezra mau ngasih foto penyerahan hadiah lomba. Tapi Wulan-nya gak mau. Padahal ini dari Pak Kepala."
"Wulan!" Bu Mimin menegur Wulan dengan halus. Kemudian Bu Mimin menerima foto tersebut dengan senang hati. "Terima kasih ya, Nak Ezra, sudah mau repot-repot nganterin ke sini."
"Sama-sama, Tante." Ezra memberikan senyuman maut seperti biasanya yang bisa mengikat setiap orang.
Wulan memasang wajah masam ketika melihat ibunya tersipu karena ketampanan dari anak remaja itu.
Ampun..., sepertinya ibu Wulan lupa dengan umur.
Setelah selesai dengan misinya, Ezra berpamitan. Sepanjang perjalanan senyuman Ezra selalu terukir, tidak pernah memudar barang satu sentimeter pun.
"Den, makan dulu?" tanya Ceu Itoh.
"Nanti saja," jawab Ezra sambil masuk ke dalam kamarnya.
"Den Ezra kenapa ya?" tanya Mang Dasa yang melihat wajah Ezra sumringah.
"Gak tahu, Pak. Mungkin dapat bonus dari maminya karena berhasil memenangkan lomba."
Sementara itu, di kamar, Ezra kembali membuka laptopnya. Ia membuka galeri dan mengedit foto Wulan menjadi sendiri. Setelah itu ia membagikan foto tersebut ke ponselnya.
Kini koleksi foto Wulan sudah lengkap. Di laptop, ponsel sampai di dalam dompet Ezra pun ada foto Wulan. Seobsesi itukah Ezra pada gadis yang selalu mengabaikannya itu?
***
Febri menangis histeris ketika Ezra meninggalkannya di tengah jalan yang kanan kirinya adalah pesawahan, jalan tersebut adalah arah jalan ke rumah Febri. Kedua orang itu sengaja ketemuan di sana, sebenarnya Ezra yang mengajak, katanya ada hal yang ingin dibicarakan.
Ezra menatap sekilas Febri dari kaca spion, hati Ezra merasa biasa saja ketika melihat Febri yang masih menangis kencang dan berlari mengejarnya kemudian terduduk dan merengek seperti anak kecil.
Bukan tanpa alasan kenapa Febri menangis seperti orang kesurupan, soalnya Ezra baru saja memutuskannya.
Ingat, ya. Putus. P-U-T-U-S.
Dengan tega Ezra memutuskan Febri yang masih sedang dalam keadaan cinta-cintanya.
Sebenarnya bukan Febri saja yang baru diputuskan oleh Ezra, tapi ada tiga orang lain lagi. Salah satunya Sinta, anak kelas dua belas yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian nasional.
Keesokan harinya, Febri yang masih sakit hati dan tidak terima dirinya diputuskan secara mendadak itu langsung mengunjungi kelas Ezra. Karena kebetulan sekarang adalah jam istirahat dan murid-murid belum pergi dari kelas untuk ke kantin, jadilah mereka sebagai penonton dadakan drama Korea atau sinetron yang tayang di salah satu televisi swasta.
"Kamu tega sama aku, Zra!"
Ezra menatap Febri dengan tidak minat.
"Kenapa kamu tega putusin aku? Jangan-jangan kamu digoda sama cewek lain, ya?" Febri kembali menangis.
"Minggir!"
Mendengar Ezra yang berbicara sangat dingin itu membuat Febri tertegun. Ezra tidak pernah bersikap dingin seperti itu pada dirinya.
"Ezra! Ezra! Ezra! Aku mohon, kamu jangan putusin aku. Aku masih sayang sama kamu."
"Lo jangan ngemis-ngemis ke gue. Lo gak punya malu apa ditonton satu sekolah?"
Febri tidak mempedulikan sekitarnya, yang menjadi fokusnya sekarang adalah bagaimana caranya supaya dirinya kembali jadian dengan Ezra. Jujur, Febri sangat tidak ikhlas putus dengan cowok keren dari kota ini.
"Aku masih cinta sama kamu, Zra. Aku mohon kita balikan lagi."
"Tapi sayangnya gue gak pernah cinta sama lo."
"A-apa?" Febri kaget bukan main. "Maksud kamu apa, Zra?"
"Asal lo tahu ya, Feb. Pacar gue itu bukan lo aja. Selama gue pacaran sama lo, gue itu pacaran sama lima cewek lain. Dan gue baru aja mutusin salah satu dari mereka barengan pas gue mutusin elo. Jadi, cuma lo aja cewek yang gue putusin yang ngemis-ngemis balikan lagi sama gue. Yang lainnya itu meskipun sakit hati tapi masih punya malu dan harga diri, gak kayak lo yang pas diputusin kayak orang lagi kesurupan. Untung aja gue putusin lo ditempat yang sepi, jadi gue gak nanggung malu lihat lo yang tantrum itu."
Febri malah makin kaget. "Siapa cewek-cewek itu? Siapa aja orangnya, Zra? Jawab aku, Zra. Kasih tahu aku!"
"Kalau gue ngasih tahu lo, lo mau apa, hah? Mau marahin mereka karena jadi selingkuhan gue? Silakan aja, toh sekarang mereka udah jadi mantan gue termasuk elo dan gak ada hubungannya lagi sama gue. Kalian mau adu jotos sambil jambak-jambakan juga silakan. Toh, gue gak bakal balikan lagi sama kalian karena permainan gue udah selesai."
Sebenarnya Ezra bisa saja menyebutkan siapa saja selingkuhannya itu, tapi ia memilih tetap diam supaya masalahnya tidak makin rumit. Nanti yang ada Ezra malah pusing sendiri mengurus para mantannya yang sakit hati dan saling menyimpan dendam.
Mantan-mantan Ezra yang mempunyai niat sama seperti Febri yang ingin protes dan meminta balikan lagi itu mengurungkan niatnya. Mereka perlahan mundur dan memilih untuk menangis diam-diam, memendam rasa sakit hatinya itu.
Sementara itu, para pacar Ezra yang belum diputuskan langsung meminta putus pada Ezra meskipun mereka tidak ikhlas. Berat hati mereka memutuskan pacar super ganteng dan keren yang jarang sekali mereka temukan itu. Mereka memilih sakit hati memutuskan daripada diputuskan, karena rasa sakit hatinya berbeda.Download Novelah App
You can read more chapters. You'll find other great stories on Novelah.
Book Comment (51)
Share
Related Chapters
Latest Chapters
the best
06/07
0love this
20/06
0Siok cerita ni
14/06
0View All