Homepage/Cowok Metropolitan Masuk Kampung/
Chapter 20 Galau
Ezra duduk termenung di dapur bagian luar yang dibentuk seperti saung, sambil menemani Mang Dasa yang sedang merebus singkong di atas tungku tanah.
Hari ini hujan turun cukup deras, untung saja tidak dibarengi dengan angin kencang dan kilatan petir jadi Mang Dasa masih bisa menyalakan radio yang suara kencangnya seperti sedang berlomba dengan suara hujan. Seperti biasa, Mang Dasa menyalakan radio untuk mendengarkan wayang di salah satu gelombang radio favoritnya. Setiap kali Mang Dasa mendengarkan radio, Ezra tidak mengerti sama sekali dengan apa yang penyiar itu bicarakan.
Jajang dari dalam rumah membawa nampan berisi tiga gelas kopi hitam dan satu gelas teh manis. Jajang meletakkannya di tengah-tengah lalu ikut duduk di samping Ezra.
"Akak lagi ngelamunin apa?" tanya Jajang.
Ezra yang sedang bertopang dagu sambil menatap ke arah rintikan hujan itu menoleh sebentar kemudian menjawab, "Lagi mikirin mama sama papa. Tadi telepon katanya kalau habis ulangan akhir semester aku gak dibolehin pulang ke Jakarta."
"Jadi Akak Ezra pengen pulang? Apa Akak nggak betah di sini?"
"Iya."
"Beneran ya Akak nggak betah tinggal di kampung, serumah sama aku. Pasti Akak bosen ya karena gak makan makanan yang enak." Tersirat guratan sedih di wajah Jajang. Anak kecil itu memang polos, jadi bicara pun tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Apa yang ada dipikirannya itu yang ia sampaikan.
"Bukan gitu, Jajang. Tapi Akak Ezra itu kangen sama mama papanya." Ceu Itoh mencoba menjelaskan. "Mama sama papanya gak bisa datang ke sini, sementara pas ulangan selesai dan libur bebarengan sama bulan puasa. Di sekolah, kan, diwajibkan ikut pesantren kilat."
"Oh... gitu, ya?" Jajang mengangguk-angguk paham.
Keesokan harinya, Ezra ke sekolah dengan wajah yang terlihat letih dan tidak ada semangatnya sama sekali. Ezra yang biasanya selalu tebar pesona daan sehangat sinar matahari pagi, kini berubah menjadi orang yang cuek dan dingin sedingin gunung es di Antartika. Bahkan Emin, sohibnya sendiri pun dicueki.
Ketika jam istirahat, Ezra ikut bermain futsal dengan murid laki-laki dari berbagai kelas dan jurusan. Ezra bermain dengan penuh semangat dan menggila. Entah sudah berapa babak mereka bermain tetapi Ezra tetap tidak terlihat kelelahan. Sementara yang lain sudah hampir pingsan saking kelelahannya. Kalau saja bel masuk tidak berbunyi, mungkin pertandingan futsal itu akan tetap berlanjut sampai siang hari, atau bahkan sampai jam pulang sekolah.
Di jam pelajaran ketiga, Ezra ternyata memilih untuk bolos. Ia sekarang sedang berlari mengukur jalan yang dilihatnya. Orang-orang memperhatikan Ezra dengan berbagai macam tatapan. Ada yang bingung ada juga yang kagum karena wajah tampan Ezra memang sangat mempesona.
Hampir tengah hari sekitar pukul dua belas kurang seperempat, Ezra berhenti di sebuah pos ronda yang tepatnya di pinggir jalan. Di depannya ada sebuah warung dan mesjid yang mulai didatangi beberapa orang. Suara pukulan bedug mulai terdengar, menandakan kalau adzan dzuhur sudah datang.
Ezra yang istirahatnya sudah berpindah tempat ke warung dan tadi mulai pembicaraan dengan penjualnya langsung menutup mulutnya rapat-rapat ketika suara adzan mulai berkumandang. Kata Emin, kalau adzan sedang berkumandang, kita dilarang untuk berbicara, makan, tidur dan melakukan aktifitas yang lainnya. Ceu Itoh juga pernah menegur Ezra karena sedang adzan tapi Ezra malah asik mendengarkan musik menggunakan headphone-nya.
Ezra tidak jadi ikut solat di mesjid karena dirinya bau keringat, takut menggangu jamaah yang lain. Apalagi baju Ezra juga kotor karena tadi ia sempat terpeleset di jalanan yang baru saja diaspal dan masih banyak pasir yang tersisa.
Setelah adzan selesai berkumandang, Ezra kembali berlari dan pergi ke sekolah. Seperti biasa ia nongkrong di warung belakang setelah itu tidur sampai jam pelajaran selesai.
"Ezra! Ezra!"
Ezra terbangun dari tidurnya. Ternyata Emin membangunkan dirinya.
"Udah jam pulang, Min?" tanya Ezra sambil mengucek matanya.
Emin mengangguk. "Ini aku bawain tas kamu."
"Oke, thanks."
"Aku pulang dulu ya, Zra."
"Iya. Sori gue gak bisa nganterin lo. Gue mau latihan voli soalnya."
"Iya, gak apa-apa."
Setelah kesadarannya terkumpul semua, Ezra nebeng mencuci muka di kamar mandi warung, setelah itu ia pergi ke lapangan untuk memulai latihan voli. Ezra tidak mempedulikan jika nanti ada guru yang tadi mengajar di kelasnya dan wali kelasnya yang tahu kalau Ezra bolos pelajaran.
Ezra latihan voli karena dirinya diajak oleh pemuda desa karang taruna. Katanya bulan depan sebelum memasuki bulan suci ramadhan, akan diadakan turnamen bola voli open. Ezra tidak tahu siapa yang merekomendasikan dirinya untuk diajak ikut voli. Padahal Ezra ini tidak terlalu jago mainnya, soalnya basic Ezra itu berada di bola basket.
Apa karena Ezra orang kota jadi mereka menyangka kalau Ezra ini orang yang serba bisa karena fasilitas di kota amat sangat memadai?
"Kamu merasa ada yang berbeda dari Ezra gak, Lan?" tanya Kemala.
Kelas Wulan kebetulan baru saja selesai karena tadi pelajaran terakhir adalah seni budaya dan mendapatkan materi belajar membuat kerajinan. Karena mereka terlalu fokus dan keasyikan, jadinya mereka pulang paling akhir.
"Mana kutahu. Aku gak pernah memperhatikannya." Wulan menjawabnya dengan dingin seperti biasa.
"Aku penasaran, deh. Ezra ini kayak orang yang lagi galau. Perasaan yang mutusin semua pacarnya itu Ezra, tapi kenapa Ezra malah yang kayak terlihat paling galau diantara para mantan pacar yang lainnya."
"Mungkin aja Ezra punya pacar di kota yang paling disayanginya. Terus dia minta putus karena Ezra selingkuh. Kamu tahu, kan, kalau di FB itu Teh Febri sering upload dan update status kemesraan mereka berdua, dan kebetulan pacarnya Ezra tahu. Putus, deh." Éndah menimpali.
Hal tersebut memang masuk akal, soalnya mana mungkin Cowok secakep Ezra itu jomblo. 99% tidak mungkin.
"Kalian udah lihat status Ezra tadi malam, gak? Dia bikin status penghianat-penghianat gitu. Kira-kira apa maksudnya ya?" tanya Sari.
"Atau mungkin Ezra juga diselingkuhi oleh pacarnya. Karena hubungan jarak jauh, jadi kedua belah pihak kalau berselingkuh itu gak bakal ketahuan. Dan gak bakal ada orang yang tahan menjalani hubungan jarak jauh."
"Hmmm... iya juga, ya." Mereka setuju kecuali Wulan yang terlihat tidak peduli.
"Pacarnya Ezra selingkuh dengan teman terdekat Ezra. Benar-benar pengkhianatan yang paling menusuk jiwa dan raga."
Rombongan Wulan masih tidak berhenti membicarakan Ezra dan pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan?
Para penggemar Ezra tentunya sangat senang mengetahui kalau Ezra saat ini benar-benar jomblo, tidak terikat hubungan dengan gadis mana pun. Tapi sayangnya, apakah Ezra akan segera cepat move on dari kegalauannya itu? Karena menurut sebagian orang-orang, cinta Ezra ke mantan pacarnya yang berada di kota itu sangat besar. Buktinya sekarang Ezra galaunya sangat berat dan seperti sudah tak bisa tertolong lagi.Download Novelah App
You can read more chapters. You'll find other great stories on Novelah.
Book Comment (51)
Share
Related Chapters
Latest Chapters
the best
06/07
0love this
20/06
0Siok cerita ni
14/06
0View All