Senin pagi Ezra sudah berpakaian rapi, siap berangkat ke sekolah. Setelah malam Senin yang panjang dan penuh drama kabur yang berujung tersesat di hutan belantara yang ternyata dua minggu yang lalu tempat tersebut pernah ada orang yang meninggal gara-gara dibunuh dan dibuang di sana. Mendengar cerita tersebut membuat Ezra ketakutan dan memilih untuk kembali pulang ke rumah Mang Dasa. Tapi bagi Ezra, ancaman dari mamanya lebih membuatnya ketakutan daripada kengerian dari si arwah hantu yang gentayangan. Tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan dari kekuatan seorang ibu-ibu. "Mbok, Mang, Ezra berangkat dulu." Ezra mencium kedua orang mantan asisten rumah tangganya dulu. Kebiasaan yang diajarkan oleh Ceu Itoh itu sampai sekarang tidak hilang dan masih dipertahankan oleh Ezra. Makanya mamanya Ezra lebih memilih dan mempercayai Ceu Itoh untuk kembali mengurus Ezra. Kemarin malam juga Ezra sudah meminta maaf kepada Mang Dasa, terutama pada Ceu Itoh. Ezra janji tidak akan kabur lagi, apalagi berbohong. Untung saja kemarin Ezra tidak dibegal, kalau sampai Ezra dibegal dan tinggal nama saja, bisa-bisa keluarga Mang Dasa yang disalahkan dan pandangan orang-orang akan berubah kepadanya. Mereka pasti berpikir kalau keluarga Mang Dasa berkomplot dengan para begal itu. Ezra jadi merasa bersalah karena tidak berpikir panjang dan selalu bersikap egois. "Ayo, Jang, nanti kamu telat. Katanya hari ini kamu kebagian jadi petugas upacara." "Jajang berangkat dulu ya, Pak, Mak." Jajang mencium tangan kedua orang tuanya. "Iya, hati-hati di jalan. Nanti kalau kamu mau nyusul ke sawah, jangan lupa bawa golok dan air yang ada di jerigen dekat kompor ya," ucap Ceu Itoh. "Iya, Mak. Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam!" Motor sport milik Ezra sudah melaju dari garasi rumah Mang Dasa. Karena motor Ezra yang begitu mencolok dan kesannya keren banget, apalagi motor tersebut tidak dimiliki oleh orang-orang kampung, setiap orang yang melihat Ezra, dari kejauhan pun mereka sudah tahu dan hafal dengan motor tersebut, motor si anak kota yang mendadak tinggal di kampung. Apakah orang-orang merasa iri? Iri, sih, tidak. Hanya saja mereka ingin punya saja dan berangan-angan bagaimana rasanya memiliki motor mewah seperti itu. Teman-teman Jajang juga terkagum-kagum dengan motor tersebut. Saat Jajang turun dari motor sport yang besar dan tinggi itu, teman-teman Jajang langsung berkumpul mengelilingi Jajang dan mulai mengajukan banyak pertanyaan seperti seorang wartawan. Diamati oleh Ezra dengan tatapan yang super sengit, teman-teman Jajang langsung berlarian sambil menyeret Jajang yang belum sempat berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Ini ketiga kalinya Jajang diantar ke sekolah oleh Ezra. Ezra menatap anak-anak itu bukan karena risih, tetapi ia mengingat-ingat wajah teman-teman Jajang yang beberapa waktu lalu pernah main ke rumah Mang Dasa hanya untuk melihat mobil Pak Willy dan motor Ezra. Ada satu anak yang menangis gara-gara menyentuh motor dan mobil tiba-tiba alarm peringatan berbunyi yang membuat anak-anak itu panik lalu lari terbirit-birit. Kebetulan sekali saat alarm tersebut berbunyi ada Ezra yang hendak pergi, karena kaget disangka ada maling, makanya Ezra melotot dan si anak yang memegang-megang kendaraan mewah itu ketakutan bukan main, apalagi dirinya ditinggalkan oleh teman-temannya termasuk Jajang yang ikutan kabur. *** "Lo Wulan, kan? Gue mau lo tutup mulut," ucap Ezra setengah berbisik. Wulan yang memang sedari tadi berdiri di barisan ketiga itu mendongakkan wajahnya supaya bisa menatap wajah Ezra yang berdiri di samping kanannya. "Kenapa kamu melarang saya tutup mulut? Kenapa kamu ngatur-ngatur saya? Masa saya tidak boleh berbicara?" tanya Wulan bingung. "Bukan itu maksud gue." Ezra menundukkan wajahnya karena tinggi badan Wulan yang hanya sebahu Ezra. "Gue mau lo jangan nyebarin apa yang hari Minggu gue lakuin." Wulan mengerutkan kening. "Memangnya apa? Kamu kalau berbicara langsung pada intinya? Saya benar-benar tidak mengerti maksud kamu apa." Ezra mengembuskan napas. Di tengah lapangan para petugas upacara masih melakukan geladi resik. Mungkin lima menit lagi upacara akan segera dimulai. "Yang waktu itu gue lagi di empang," jawab Ezra pelan saking malunya. "Emangnya kenapa?" Wulan benar-benar bingung. "Kamu malu karena nyuci di empang? Kenapa harus malu? Wajar aja, kali. Atau kamu gengsi karena anak kota kayak kamu harus tiba-tiba jadi anak kampung yang udik?" Ezra tidak menjawab. "Lagipula kenapa kamu harus malu, sih? Di sini itu sudah wajar orang-orang melakukannya. Bahkan Emin saja suka nyuci sendiri di empang. Apa-apa juga di empang. Ya kan, Min?" tanya Wulan sambil menoleh ke arah Emin yang berdiri di belakang Ezra. Emin hanya mengangguk pelan. "Meskipun itu bagi lo hal yang wajar, tapi awas aja ya kalau sampai lo bilang ke orang-orang kalau gue suka nyuci dan mandi di empang." "Untuk apa saya bilang ke orang-orang? Tidak ada untungnya. Nanti yang ada malah saya yang jadi korban dari para Ezra Lovers." Ezra Lovers adalah sebutan bagi para penggemar Ezra. Entah siapa yang mencetuskan hal tersebut, bahkan di grup Facebook sudah ada lebih dari seratus anggota yang bergabung. "Gue gak percaya, ya. Soalnya mulut cewek itu selalu berdusta." Wulan menatap Ezra dengan sengit. "Kalau saya sudah menyebarkan tentang hal kemarin, mungkin kamu sekarang sudah ditanya-tanya oleh ketua Ezra Lovers tentang kebenaran gosip yang saya sebarkan." Iya, juga, ya, pikir Ezra. Tetapi Ezra tidak akan langsung percaya, siapa tahu nanti setelah jam istirahat Wulan mulai beraksi. "Gue pegang kata-kata lo. Kalau lo coba nyebarin, lihat aja balasan dari gue nanti." Wulan menatap Ezra dengan kesal. Enak saja Ezra mengancamnya seperti itu. "Sebelum kamu melayangkan balasan pada saya, sepertinya saya yang akan kalah duluan. Lihat, tuh, para penggemar kamu memelototi saya seperti ingin memakan saya bulat-bulat." Ezra menatap sekeliling. Dan benar saja, para murid perempuan sedang menatap Ezra dan Wulan dengan berbagai macam tatapan. Tapi paling banyak menatap Wulan dengan tatapan penuh ketidaksukaan. "Nanti kalau saya kenapa-kenapa saya minta pertanggungjawaban kamu." "Hah?" Ezra menoleh kaget karena mendengar ucapan Wulan yang ambigu tersebut. "Kalau saya dicekik, dicakar dan dijambak, saya akan menyalahkan kamu dan meminta ganti rugi." "Tenang saja, gak usah khawatir." *** Empat hari berlalu dan Ezra tidak mendengar kasak-kusuk apa-apa tentang dirinya. Yang ia dengar hanya guru-guru yang mencoba mencalonkan Ezra untuk mengikuti pertandingan catur. Tapi karena satu sekolah harus mengirimkan dua peserta putra-putri, Ezra langsung menolak karena tidak enak pada Dendi yang sudah latihan mati-matian. Sombong-sombong juga Ezra itu masih punya hati nurani. "Anak baru, hari Jumat besok kamu harus ikut latihan pramuka. Di sini pramuka itu ekstrakurikuler yang wajib diikuti." Senior kelas tiga tiba-tiba datang ke kelas Ezra tanpa salam atau menyapa terlebih dahulu. "Sorry, seragam pramuka gue kayaknya baru besok siang beresnya. Jadi Jumat ini gue absen lagi." Emin memasang ekspresi wajah yang amat sangat tegang lantaran orang yang sekarang sedang dihadapi oleh Ezra adalah pemangku adat pramuka, yaitu Kak Ebid, kakak kelas yang terkenal sangar dan galak, bahkan galaknya melebihi pradana-nya sendiri dan ketua OSIS. "Ngelunjak ya, kau! Kalau bicara sama kakak kelas itu yang sopan." Ebid mulai naik pitam karena dirinya merasa tidak dihargai oleh adik kelasnya yang baru bersekolah kurang lebih satu minggu itu. "Oh, sorry." Ezra kembali mengucapkan kata maaf tapi dengan ekspresi wajah biasa saja, malah terkesan ngeyel dan nyebelin untuk dilihat. Untung saja bel masuk berbunyi jadi api-api pertikaian antara Ezra dan Ebid tidak berlanjut. "Huh... copot jantungku." Emin mengusap-usap dadanya. "Kenapa emang? Lo takut sama dia?" Emin mengangguk pelan. "Kalau pas lagi pramuka serasa lagi nunggu giliran buat dieksekusi, tahu." Ezra tidak tahu kalau di ekstrakurikuler pramuka nuansanya bisa seperti itu. Ezra memang tidak tahu bagaimana cerita lengkap tentang pramuka karena ia hanya mengikuti pramuka saat kelas satu sekolah menengah pertama saja.
Download Novelah App
You can read more chapters. You'll find other great stories on Novelah.
the best
06/07
0love this
20/06
0Siok cerita ni
14/06
0View All